ASTRONOMI - Sekilas Sezarah-Sejarah

Posted on Thursday, June 25, 2009 by Sang Petualang

Sejak ribuan tahun lalu seiring sejalan dengan jejak langkah peradaban manusia, sudah lahir banyak kisah seputar jagad semesta dengan segala isi dan fenomenanya. Ternyata bukan sekedar tinggalan cerita, namun disertai banyaknya peninggalan yang berupa ragam artifact. Hal ini dapat dilihat dari sejarah budaya Yunani/Romawi, Mesir, China, Maya/Aztec/Inca. Tentu saja dalam kasus ini dimulai dari budaya lisan turun temurun, dari generasi ke generasi selanjutnya. Dari pencatatan yang sistematis hingga banyaknya cerita rakyat. Sampai saatnya tiba pada generasi era sekarang ini dengan segala teknologi yang kita katakan maju. Yang menjadi perhatian salah satunya adalah budaya memetakan langit dengan pernik-pernik ceritanya serta tinggalan budayanya, termasuk dari ranah karya leluhur. Sezarah konsep karya dapat dilihat pada tinggalan “buku” pada Budaya Maya:
“All moons, all years, all days, all winds, reach their completion and pass away. So does all blood reach its place of quite, as it reaches its power and its throne. Measured was the time in which they could praise the splendour of the Trinity. Measured was the time in which they could know the Sun’s benevolence. Measured was the time in which the grid of the stars would look down upon them; and through it, keeping watch over their safety, the gods trapped within the stars would contemplate them.”
 (Nicholson, Irene, 1967, Mexican and Central American Mythology, Hamlyn, London, p.21)
Mungkin dalam usaha memahami karya termasuk juga bangunan seperti piramida atau candi, karya tulis semisal prosa dan puisi, tembang/lagu kaitannya dengan interpretasi khususnya untuk astronomi, di sini coba ditampilkan cuplikan syair tembang dari tanah leluhur pada masa awal lahirnya wayang kulit di Jawa Tengah (sekedar penggambaran betapa butuh waktu lama untuk sebuah kesimpulan bagi kita yang hidup beratus bahkan beribu tahun setelah sebuah kebudayaan mulai sirna, apalagi sebagai landasan ke”yakin”an untuk sebuah keputusan); in Serat Mijil that there is tembang:
“Irim-irim lintang lanjar ngirim, gubug penceng anjog,
wus manengah praune sang Raden, Jaka Belek maluku ing Kali,
lintang Bima Sekti, nitih kuda dhawuk”.
(Hadiwidjojo, K.G.P.H., 1978, Bedhaya Ketawang, Dep. P dan K, Jakarta)
Semua yang disebutkan adalah benda langit yang sangat akrab dengan kita di Indonesia.
- - - - - salam wr - - - - -
NB : Review materi untuk pertemuan rutin tanggal 27 Juni 2009
Pertemuan Rutin HAAJ tanggal 27 Juni 2009
Materi : Etno-Astronomi
Pembicara : Pak Widya Sawitar
Pukul 16.00 - 20.00

No Response to "ASTRONOMI - Sekilas Sezarah-Sejarah"

Popular Posts