WAWARGITA ING GITA PARI - Serpihan Catatan Perjalanan, Hadiah Untuk Seorang Sahabat Muda
Kami ber-40, team HAAJ dan FOSCA (didalamnya terkandung perwakilan dari Planetarium, FPA – Forum Pelajar Astronomi, LIPI dan FORGUR – forum guru – Astronomi) berangkat ke lokasi yang menjadi idaman kami, yaitu P. Pari di Kepulauan Seribu. Jujur pada awalnya bahwa yang terlintas di benak saat “akhirnya memutuskan” untuk ikut adalah sekedar jadi pendamping atau bahkan penggembira .. ufz. Mencoba sekedar “melihat” seorang sahabat muda Sang Wawargita dalam berkiprah sebagai sokoguru kegiatan. Bagaimanapun sebagai koordinator keamatiran di IYA2009, saya butuh bahan yang secara ujud dapat dituangkan dalam berkas laporan – tidak lebih, di tengah kondisi fisik yang memang sedang tidak menguntungkan. Berangkat dengan kondisi letih selepas 2 hari sebelumnya harus jadi komandan sekaligus pelaksana kegiatan konser FRIDAY – live at Planetarium.
Seperti biasa, memilih operasi semut – berangkat bersama kelompok 3, gelombang terakhir ke pelabuhan Rawasaban. Acara perjalanan Sabtu pagi ini menjadi hiburan tersendiri dengan suasana keceriaan yang sangat. Cuaca cerah dan jalanan yang relatif lenggang membuat perjalanan yang lumayan buat gerah menjadi tidak terasa. Saat di kapal pun memilih duduk di atap kapal bersama Nurdin, Bayu, dan Ronny. Belajar “menangkap” laut yang begitu tenang dan indah.
Laut tidak selalu tenang,
Tiap insan punya pantai tuk pergi dan mendarat.
Lautan hikmah siap menjadi hidangan batin,
dan sezarah saja kasih-Nya,
sudah cukup tuk mengarungi gelora badai sedahsyat apapun.
Setiba di dermaga Pari, langsung berkemas ke wisma LIPI dan berbagi ruangan serta makan siang. Letih di wajah masih tampak jelas tuk semua peserta. Setelah briefing singkat tentang kegiatan, dimulailah pengelanaan spirit yang lahir dari pantai yang begitu landai. Tawa canda menjadi peleburan kekakuan di antara para peserta. “Play and Meditation” saya gunakan dalam arsip foto tuk moment ini. Susah melukiskan ekspresi dari semua peserta yang begitu spontan di tengah debur dan buaian ombak; diseling lempar-lemparan pasir dan terbalik-baliknya kapal karet serta hamparan kerang dan bintang laut yang menjadi ketakjuban tersendiri; juga sekelompok “makhluk aneh” dengan formasi lingkaran seolah saling berjabat tangan di tengah laut. Biarlah ini menjadi impresi yang tertanam–dalam di lubuk batin mereka. Takkala sore menjelang, maka berpindahlah para petualang spirit ini ke ujung dermaga LIPI, asa ‘kan fenomena terbenamnya Matahari menjadi catatan khusus secara personal.
Sekelompok makhluk aneh membuat sebuah formasi lingkaran.
Di malam hari, kesibukan astronomi pun mulai terasa. Sempat bingung, karena semua obyek langit indah adanya – jadi yang mana yang hendak dilihat? Dengan mata bugil pun, beberapa peserta sudah langsung mengenali daerah langit yang mustahil dilihat di langit malam kota Jakarta. Sebut saja jalur Bima Sakti, obyek Messier M6 dan M7, selintas daerah M8 dan M20 di Sagittarius, tak ketinggalan Jupiter yang begitu gagah di puncak langit malam Pulau Pari. Awan pun sempat melintas lewat tengah malam, ketukan di pintu sekitar jam 3-an dinihari membangunkan tidur yang baru ½ jam berjalan. Wajah kuyu memelas para peserta tampak tegas, “Mendung kak, gimana ambil datanya?” pun terpaksa dijawab, “Ya sudah, kalian tidur saja. Kalau sempat nanti Subuh siap kembali.” Beruntunglah Subuh mereka siap dan demikian pula wajah langit yang bersedia tuk disimak tuntas. Ketakjuban dan keriangan demi keriangan terjalin sepanjang malam.
Minggu pagi pun datang dan sedemikian ceria suasananya, baik para penghuni maupun alam sekitarnya. Pengembaraan spirit pun berlangsung apik di tengah laut yang menghampar di sekitar. Lebih susah lagi tuk menggambarkan betapa semua menjadi sangat amat personal. Susah tuk berkata dalam moment seperti ini. Hanya keharuan tersembunyi yang terentang tak putus sepanjang perjalanan. Inipun membuat para peserta ingin terus bertahan bahkan sampai harus diperingati untuk segera pulang sebelum pasang laut tiba.
Para peserta menyebrangi pantai menuju Pulau Pari Kudus.
Moment istirahat dan diskusi kelompok, memberi kesempatan ruang-waktu bagi saya tuk mengembara dari satu sudut ke sudut yang lain. Betapa celotehan ilmiah berseling gelak canda membuat kebanggaan tak terbendung seiring buaian nyanyian debur ombak dan bisikan lirih angin semilir di pantai yang begitu nyaman. Justru akhirnya membuat ujud fisik menepi menjauh ke arah paling ujung dermaga LIPI. Satu jam menikmati kesendirian, menantikan Sang Surya berjalan menuju ke peraduannya terakhir di hari itu. Tiada satu pun insan di sekitar, hanya berteman suara debur ombak dan angin yang cukup deras menerpa. Betapa ingin semua angin itu tertangkap di telapak tangan dalam tarikan nafas yang semakin teratur. Melepas segala beban, bersahabat dengan lentingan air di tepi dermaga yang tak kenal lelah terus menari di sekitar tempat bersila. Inikah akhir perjalanan? Teringatlah kepada seorang sahabat muda yang juga lekat di hati – Sang Perunggu ketika adzan Maghrib berkumandang dan bersiap kembali ke keramaian Science Camp. Sahabat muda ini pula yang menemani jam demi jam selama pengembaraan ini via sms demi sms,
I hope, until my last ammunition.
Not a promise physically, but I will do with my deepest innerheart, indeed.
Bila kesunyian malam dapat diajak menari dan bernyanyi,
kumohon pada-Nya,
agar itu senantiasa dapat menjadi pelipur laraku,
dan jawaban ‘kan segala kerinduanku.
Rasanya tidak percaya kalau telapak kaki sudah berada di Planetarium lagi. Deburan & terpaan ombak yang terus menggoda di sekujur badan seolah masih terus memanggil, semilir angin beraroma asin pun tak luput terus mendekap erat. Bahkan riuh rendah peserta sejak rapat persiapan, malam sebelum keberangkatan hingga satu per satu meninggalkan Planetarium tuk kembali pulang ke rumah masing-masing masih terasa bergaung hingga kini di ruang kerja (24 Agustus .. wuih). Ungkapan keriangan yang kadang membuat ledakan tawa, bahkan saling ledek dalam simpul persahabatan pun menjadi adonan kecerian yang menjadikan kegiatan ini terasa menjadi istimewa. Science Camp yang telah berbulan menjadi satu rencana yang sering tertunda akhirnya justru harus tersudahi. Kegiatan yang bernuansa persahabatan ini – yang dilaksanakan di Pulau Pari Kepulauan Seribu tanggal 15 – 17 Agustus 2009 memang sudah berlalu, namun kesan mendalam saya yakin akan dinikmati oleh seluruh peserta. Baik sejak persiapan, keberangkatan, pelaksanaan lapangan, hingga betapa berat berpisah saat tahapan pulang harus dilalui.
Jujur sekali lagi, rasanya tidak percaya bahwa semua itu sudah berakhir. Gumaman saat GMC di Anyer tgl 26 Januari 2009 yang terlontar di tengah lapangan di akhir acara pun spontan terdengar kembali dengan lirih, “tidak ada pesta yang tidak berakhir”. Harumnya pertemanan yang menjelma menjadi arena persahabatan yang berharap terbawa hingga akhir usia. Rasanya hasil karya ilmiah yang menjadi target kegiatan, ‘kan menjadi visi entah urutan yang ke berapa dibandingkan dengan tali batin dan kasih sayang persahabatan yang muncul di setiap moment yang bergulir. Tiap tarikan nafas para peserta terasa menjadi senyum yang begitu tulus, tiap jejak langkah adalah harapan ‘kan hadirnya empati kasih sayang tuk kondisi apapun, detak jantung di malam yang sunyi pun senantiasa terejawantah dalam doa yang tak putus.
WAWARGITA ING GITA PARI
Sebuah hadiah istimewa menjelang bulan Ramadhan, dan betapa saya menjadi merasa kecil dihadapan mereka para peserta SC2009. Semua yang telah saya beri ke mereka, hilang tergilas habis oleh pemberian mereka kepada saya selama mendampingi kegiatan ini. Khususnya seorang sahabat muda Sang Wawargita, sokoguru kegiatan SC2009. Sekedar sejumput perenungan di acara yang mengharu biru – oleh2 dari ujung dermaga LIPI dan kembali mengingatkan hadirnya sahabat muda lain di GMC2009. Nun jauh dari kebisingan hiruk pikuk kota. Dari persiapan kegiatan hingga akhir pelaksanaannya, ibarat menghadapi sebuah hadiah ulang tahun yang masih terbungkus rapi, penuh dengan indahnya harapan yang akan melahirkan kejutan saat dibuka. Semoga “hadiah” ini membawa berkah setelahnya. Apapun yang terjadi, perpisahan tidak dapat dihindari. Tentu berharap pada fenomena astronomi berikutnya, itupun kalau uluran usia masih menjadi anugrah dari-Nya. Rasanya untaian kata menjadi tidak lagi bermakna, namun nyatanya hanya bait ini yang dapat saya beri sebagai balasan kepada sang sahabat muda yang banyak memberikan pelajaran berharga bagi sang peronda yang semakin rapuh ini.
Desir semilir angin begitu lirih.
Hanya kesunyian hati kuraih.
Bintang gemintang pun enggan menyapa.
Kemana lagi kerinduan ini kuletakkan wahai Pertapa.
Tengadah tangan terbuai di depan dada.
Trasa makin kabur dalam pandang mata sang peronda.
Tiada sadar kutangkup tangan.
Membasuh wajah dalam linangan.
Wahai Sang Pertapa,
Biarkanlah aku senantiasa haus dahaga laksana sang Peziarah.
Demi meraih Melati sukmaku dalam laut kerinduanku
yang makin terperah jengah.
- - - - -
Ucapan selamat untuk ketua FOSCA yang baru .. ufz .. pasti makin sibuk deh. Tapi jangan khawatir, yang ndukung lebih dari 10 batalyon siap tempur.
Untuk ketua FOSCA lama, masih terus ditunggu kiprahnya. Ditunggu papernya (extended paper dari hasil LPIR2009) di seminar HAI 29-31 Oktober di Observatorium Bosscha. Deadline judul tanggal 1 September ini. Termasuk paper tentang FOSCA, kerja bareng ketua baru. ya Saya rekomendasikan untuk presentasi (jadi buat makalah, bukan paper poster). Sip.
Untuk FPA, secepatnya raih mimpi kalian semua.
Untuk Sang Perunggu, semoga cepet sembuh. Jangan kukur2 sembarangan.
Untuk HAAJ, siap2 tuk tanggal 5 September. Oya, siapkan pameran dan paper tuk HAI.
salam - WfG
Popular Posts
-
Pertemuan Rutin Dwimingguan Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) edisi ke-2, tahun 2011 Abstrak* Matahari atau juga disebut Surya (dari ...
-
Pertemuan Rutin Dwimingguan Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) edisi ke-limabelas di tahun 2013 Universe Al-Qur’an mer...
-
Gallery Kegiatan HAAJ Tahun 2013 Pertemuan Rutin Pertama HAAJ "Mengenal Astronomi Amatir" Pertemuan Rutin Pertama HAAJ...
-
Laporan dari panitia astroparty 07 Acara : Astro Party Waktu : Selasa, 6 Maret 2007, 13.00 - 17.00 Tempat: Pusat Ilmu Pengetahuan dan Kebuad...
-
TAURUS SANG BANTENG Gambar 1 Credit: WS. *Latar belakang: Gugus galaksi Abell 1689 – NASA, ESA, E. Jullo (...
-
Report Pertemuan Rutin Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) Planetarium Jakarta, 01 Juni 2013 Suasana Pada Saat Pertemuan ...
-
SOFTWARE ASTRONOMI 1. Stellarium Stellarium is a free open source planetarium for your computer. It shows a realistic sky i...
-
Pertemuan Rutin Dwimingguan Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) edisi ke -enam di tahun 2013 Bumi adalah pl...
-
Tahun 2013 tak pelak menjadi momen unjuk gigi bagi para penjelajah kecil tata surya. Setelah tahun sebelumnya sempat disibukkan oleh isu k...
-
Citra Komet Halley yang diambil Pada Tahun 1986. Kredit : NASA Komet Halley bisa dibilang sebagai komet yang paling terkenal. Komet ha...
2 Response to "WAWARGITA ING GITA PARI - Serpihan Catatan Perjalanan, Hadiah Untuk Seorang Sahabat Muda"
So nice...
pulau Pari bikin ngiri aja
Sayang gak bisa gabung....
seandainya bisa ikutan, bisa foto bimasakti,messier,dll.rame pastinya.hmm...sayang ga bisa join. Mas, tulisan yg bagus. ^_^
*** Sawangan, Depok***
Post a Comment