GEMA GERHANA

Posted on Saturday, January 31, 2009 by Sang Petualang

Serpihan Catatan Perjalanan, Hadiah Untuk Seorang Sahabat


Fenomena Gerhana Matahari Cincin (GMC) pada hari Senin tanggal 26 Januari 2009 memang sudah berlalu, namun kesan mendalam mungkin dialami oleh segelintir orang yang berhasil menikmatinya. Baik saat menanti kejadiannya, ketika menyaksikan, dan rasanya tidak percaya bahwa fenomena itu sudah berakhir dihadapannya.


Kami ber-30, team UNAWE (Universe Awareness) Indonesia, HAAJ (Himpunan Astronomi Amatir Jakarta), dan Planetarium Jakarta berangkat ke lokasi yang menjadi pilihan kami, yaitu MTs Negeri Anyer. Yang terlintas di benak bahwa dalam mengabadikan peristiwa yang cukup langka ini adalah tidak saja sekedar menjadi penikmat fenomena, melainkan berbagi ilmu kepada para siswa dari tingkat TK, SD, SMP, dan SMA. Juga guru dan orang tua siswa, ataupun masyarakat sekitar yang kebetulan tahu dan mendapat izin dari pihak tuan rumah untuk turut dalam kegiatan yang berlangsung selama 2 hari (Minggu – Senin).


Di sini, HAAJ dipercaya sebagai team perintis. Berangkat ke Anyer sehari lebih cepat untuk membantu tuan rumah dalam persiapan, termasuk ketersediaan jaringan internet. Hal ini karena MTsN Anyer dipilih sebagai salah satu titik untuk “streaming” GMC via internet dimana Observatorium Bosscha sebagai koordinator nasional. Seluruh kegiatan kami ini juga sebagai salah satu agenda nasional terkait dengan dicanangkannya tahun 2009 sebagai Tahun Astronomi Internasional (IYA) oleh Perserikatan Bangsa Bangsa.


Kegiatan kelas dimulai hari Minggu melibatkan tidak kurang dari 160-an perwakilan siswa tingkat SMP/SMA se-kecamatan Serang, ditambah puluhan guru pendamping. Nyatanya banyak pula guru/siswa TK/SD, juga orang tua siswa yang setia berdiri di luar kelas untuk mengikuti acaranya. Diawali jam 11 untuk melihat film astronomi, yang lalu secara resmi pihak tuan rumah membuka acara pada jam 13. Setelah sesi ceramah astronomi populer dari Planetarium Jakarta, acara diisi dengan workshop yang dikoordinir team HAAJ. Workshop ini meliputi pembuatan Sundial (Jam Matahari), Ocean Solaris (melihat proses yang menirukan gejala yang terjadi di permukaan Matahari), mengukur diameter sudut matahari menggunakan teleskop, dan membuat roket air. Khusus roket air, para siswa dilatih untuk membuatnya dan hasilnya langsung dipraktekkan di lapangan terbuka. Acara ini menjadi hiburan tersendiri dengan suasana keceriaan yang sangat dari para guru/siswa. Sesi hari Minggu diakhiri dengan observasi malam memakai 3 teleskop dan beberapa binokuler (kekeran) hingga jam 20:30.


Suasana langit cerah membuat kami sempat bingung, semua obyek langit indah adanya – jadi yang mana yang hendak dilihat? Dengan mata bugil pun beberapa kelompok yang terbentuk secara spontan berhasil mengenal rasi bintang zodiaknya. Sementara obyek standard seperti Sang Bintang Kejora planet Venus yang bahkan telah terlihat sebelum hari menjadi malam, gugus terbuka Pleiades, nebula Orion di Lintang Waluku, Gugus Hyades di wajah Sang Banteng Taurus, sudah semua mendapat giliran. Akhirnya beragam benda langit pun dilihat disertai penjelasannya. Bahkan ketika 2 kali satelit (buatan) melintas dan dapat diindra dengan kasat mata, itupun membuat ketakjuban siswa. Keriangan demi keriangan terjalin. Para siswa terus bertahan bahkan sampai harus diperingati lewat pengeras suara untuk segera pulang. Beberapa siswa yang bertahan bahkan pulang didampingi para guru. “Lumayan” untuk memuaskan dahaga para peserta observasi. Sementara sebagian dari kami pada saat bersamaan sudah berkutat dengan persiapan acara esok hari, terlebih bagi HAAJ yang harus pindah penginapan.


Pada hari Senin, 200-an peserta perwakilan siswa tingkat TK/SD mendapat giliran dikoordinir team UNAWE. Jam 9 dimulailah acara melihat film dan cerita astronomi, yang disusul kegiatan mewarnai untuk tingkat TK, permainan ular tangga bertema wajah langit, origami, puzzle, permainan kuartet berhias gambar benda langit, dan menonton planetarium mini berkubah 3 meter. Kembali secara resmi acara dibuka jam 13, sekaligus pemberian cindera mata berupa materi penyuluhan yang salah satunya adalah teleskop “You Are Galileo” ke pihak tuan rumah. Ceramah yang disampaikan dari Planetarium Jakarta sebagai pembuka - utamanya tentang gerhana Matahari dan bagaimana cara melihat yang aman. Kegiatan ini juga diikuti peserta SMP/SMA yang telah ikut sehari sebelumnya, namun dengan terpaksa pada sesi kelas gantian mereka yang menyimak dari luar ruang kelas.


Saat menegangkan terjadi sekitar jam 15, ketika proses gerhana akan mulai. Team streaming (sedemikian proses GMC dapat diikuti via jaringan internet secara langsung) siap me-relay data dikomandani Pak Yudi, sementara 5 teleskop sudah digelar oleh team gabungan. Harap-harap cemas akan cuaca buruk sirna karena kondisinya ternyata sangat memungkinkan untuk pengamatan. Akhirnya, silih bergantilah para peserta menikmati sajian dari langit di bawah terik Sang Surya. Peserta pengamatan terus bertambah, termasuk para guru dan masyarakat sekitar. Semua tertib dan sabar. Ketika tiba saat puncak GMC, spontan di lapangan terbuka berkumandanglah gema takbir “Allahu Akbar, Allahu Akbar”, saling bersahut diselingi riuh rendah aneka ucapan ekspresi dan gemuruh tepuk tangan yang bergema di lapangan MTsN Anyer. Selang beberapa menit setelah lewat fase puncak GMC, para peserta berduyun-duyun menyelenggarakan shalat gerhana di mesjid sekolah sebelum kembali menikmati fenomena langka tersebut.


Pada gilirannya di penghujung acara yang cukup mengharu biru, kami semua menarik nafas lega. Selain kegiatan berlangsung mulus sesuai rencana dimana keletihan seolah terbayar tuntas; ada sejumput perenungan ketika seluruh peserta pulang selepas Maghrib termasuk 2 mobil HAAJ yang sudah kembali terlebih dahulu ke Jakarta. Saat itu di kejauhan tampak anggota UNAWE dengan 2 mobilnya sedang berkemas untuk kembali ke Bandung. Bintang Kejora mulai menampakkan wajahnya yang berbinar penuh senyuman dan Lintang Waluku pun tak mau kalah dengan pendarannya yang merambah kegelapan langit malam, sementara di sudut mata begitu gemulainya Bedaya Ketawang Sang Lintang Kartika menunjukkan jati dirinya; sementara kami bertiga (R-W-R) duduk di tengah lapangan yang telah kosong; gumaman pun terlontar “tidak ada pesta yang tidak berakhir”. Teringat juga saat membuat makalah pertemuan bertema kosmologi dan saat seperti inilah rasanya menjadi sebuah undangan untuk sejenak berkontemplasi, untuk “minimal” lebih mengagumi dan menghirup dalam-dalam aroma samudra rahmat yang begitu indah. Nun jauh dari kebisingan hiruk pikuk kota. Dari persiapan kegiatan hingga akhir pelaksanaannya, ibarat menghadapi sebuah hadiah ulang tahun yang masih terbungkus rapi, penuh dengan indahnya harapan yang akan melahirkan kejutan saat dibuka. Semoga “hadiah” ini membawa berkah setelahnya. Apapun yang terjadi, perpisahan tidak dapat dihindari. Tentu berharap pada fenomena astronomi berikutnya, itupun kalau uluran usia masih menjadi anugrah dari-Nya.


Pada momen seperti ini, rasanya untaian kata (ataupun rumusan matematika, dsb) menjadi tidak bermakna, karena pada ujungnya adalah ”feel amazement” seperti yang diekspresikan oleh Albert Einstein, The fairest thing we can experience is the mysterious. It is the fundamental emotion which stands at the cradle of true science. He who knows it not, and can no longer wonder, no longer feel amazement, is as good as dead.


- - - - - WR - - - - -

Jakarta – Rabu – 28 Januari 2009 – Dini Hari


No Response to "GEMA GERHANA"

Popular Posts